In

detail tentang sekolah masinis di yogyakarta

Bisnis.com, YOGJAKARTA -- Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup familiar di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Sebagai salah satu transportasi yang cukup banyak digunakan, kebutuhan akan pengemudi kereta alias masinis yang handal.
Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) Darman Prasetyo Jogjakarta menjadi salah satu pencetak masinis dan teknisi kereta api di Indonesia. Di balai pelatihan ini, para calon masinis dan kru kereta api akan dilatih untuk bisa memenuhi standar keselamatan penumpang kereta api.
Balai pelatihan ini berdiri sejak tahun 1973 saat ini memiliki setidaknya 1400 siswa yang telah dilatih menjadi masinis dan awak kereta api untuk tenaga pemeliharaan dan perawatan kereta.
"Rata-rata sebulan 120 siswa, itu sekitar empat sampai lima kelas," ujar Heri Sudarmawan Trimukti, General Manager BPTT Darman Prasetyo Yogyakarta. 

Fasilitas yang diberikan oleh BPTT berupa, asrama siswa yang terletak berseberangan dengan gedung balai pelatihan, ruang kelas, aula, dan delapan macam laboratorium penunjang pelatihan, termasuk laboratorium simulator lokomotif kereta.
Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang masinis. Lulusan STM otomotif atau SMA dengan jurusan IPA dengan usia dibawah 25 tahun bisa ikut bergabung. 
Butuh dua bulan belajar secara klasikal dan empat bulan penerjunan lapangan selama menjalani pelatihan untuk bisa menyelesaikan pendidikan di BPTT. Namun, tidak serta merta mereka yang menyelesaikan pendidikan bisa langsung mendapat ijin untuk mengemudikan kereta api. 
"Butuh 2000 jam terbang atau sekitar dua tahun untuk menjadi asisten masinis, dan seitar 4000 jam terbang atau empat tahun untuk menjadi masinis," papar Heri.
Heri menambahkan, saat insiden kecelakaan kereta api karena kelalaian masinis atau asisten masinis, pihak PT KAI tidak akan lepas tangan. PT KAI akan memberi pendampingan hukum. Selanjutnya, akan dibentuk tim yang akan memutuskan tindakan apa yang akan diberikan kepada yang bersangkutan. 
"Ada tim, tim itu yang akan merekomendasi apakah harus belajar lagi, grounded, atau PHK. Itu semacam pemeriksaan, ditanya-tanya dan diperiksa," papar Heri.

Related Articles

0 komentar: